Popok Bayi: Apa yang Anda Perlu Ketahui

Pemilihan dan penggunaan popok bayi boleh dibilang merupakan salah satu topik yang akan selalu hangat untuk dibahas oleh orangtua. Kain atau popok sekali pakai? Bahan apa yang terbaik? Kapan harus diganti? Mengapa timbul ruam popok? Dan masih banyak lagi. Untuk menjawabnya, berikut akan kami bahas hal-hal penting yang perlu Anda ketahui tentang popok bayi.

Thumbnail-Popok-410x305

Memilih Bahan yang Tepat

Jenis popok yang paling banyak beredar di pasaran adalah popok kain dan popok sekali pakai. Popok yang ideal, entah apapun bahannya, harus dapat menjaga kestabilan pH, dan keringnya kulit serta mencegah terjadinya ruam. Untuk menopang fungsi tersebut, popok umumnya disusun menjadi 3 lapisan yaitu lapisan dalam, lapisan inti yang mengandung bahan absorben, dan lapisan luar.

Pada popok sekali pakai, lapisan dalam umumnya berpori untuk mengurangi gesekan kulit dan ditambah dengan formula khusus, seperti zinc oxide, aloe veradan petroleum untuk menjaga agar kulit tetap kering. Bahan absorben lapisan inti yang paling sering digunakan adalah selulosa dan absorbent gelling material(AGM) atau superabsorbent, yang terbuat dari sodium poliakrilat. AGM memiliki keunggulan dapat memisahkan cairan urin dari feses dengan cepat, menahan cairan di matriksnya, dan menjaga kestabilan pH. Lapisan luar popok sekali pakai umumnya bersifat kedap air, tetapi dapat juga terbuat dari bahan yang berpori.

Popok kain juga tersedia dengan beragam inovasi baru dalam hal komposisi. Lapisan dalamnya kadang-kadang memakai bahan sekali pakai. Bahan absorben yang sering digunakan pada popok kain antara lain polyester (sering disebutmicrofiber), katun, bambu, dan rami. Bambu memiliki daya absorbsi yang sangat tinggi, tetapi bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi dapat menimbulkan efek negatif. Di sisi lain, polyester juga memiliki kemampuan menyerap yang baik, tetapi cenderung berkurang seiring waktu dan lebih sulit dibersihkan sehingga sering menimbulkan bau. IDAI sendiri merekomendasikan pemilihan bahan katun pada popok kain untuk menjaga ventilasi yang baik dengan kulit, dan perlu disadari bahwa pemakaian popok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi saluran kemih.

Lalu, di antara keduanya, manakah yang lebih baik? Meskipun studi menunjukkan kecenderungan bahwa untuk menghindari ruam popok, bahan selulosa popok sekali pakai lebih baik daripada popok kain, bahan AGM lebih baik daripada selulosa, lapisan dalam berformula khusus lebih baik daripada yang tanpa formula, dan bahan luar yang berpori lebih baik daripada yang waterproof, jenis popok mana yang lebih unggul masih belum dapat dipastikan hingga saat ini. Tentunya, perawatan dan waktu penggantian yang tepat memegang peranan yang penting dalam penggunaan popok untuk si kecil. Perkiraan biaya, efek lingkungan dari pencucian atau pembuangan popok dan tenaga yang dikeluarkan oleh ibu atau pengasuh juga perlu dipertimbangkan.

Pemakaian dan Penggantian

Sebelum mengganti popok, perlu diingat bahwa beberapa bayi cenderung untuk langsung berkemih ketika popoknya dibuka dan terpapar udara. Oleh karena itu, usahakan agar tubuh si kecil tetap tertutup semaksimal mungkin, sehingga Anda dapat menghindari tercecernya air kemih yang tidak perlu.

Sebelum membuka popok yang kotor, siapkan popok yang baru di bawahnya. Setelah membuka popok kotor, usap pantat bayi dengan bagian depan dan dalam popok, lalu geser posisinya ke bawah pantat bayi. Hal ini sekaligus dapat menjaga agar popok yang bersih tidak terkena kotoran. Setelah itu, bersihkan anus bayi dan daerah kemaluan dengan lap bersih atau tisu basah yang tidak mengandung pewangi dan alkohol. Jangan lupa keringkan untuk mencegah pertumbuhan kuman. Buang popok dan tisu kotor, lalu pakaikan popok baru yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Pastikan bahwa popok yang dipakaikan cukup rapat sehingga tidak terjadi kebocoran, tetapi juga tidak terlalu ketat untuk menghidari terjadinya ruam popok.

Penting untuk diingat bahwa popok harus selalu diganti setiap selesai berkemih atau buang air besar. Bila menggunakan bahan AGM, gantilah sesering mungkin, sekitar 2-3 jam sekali. Untuk menentukan perlu tidaknya penggantian popok, Anda dapat menggunakan sistem alarm, yaitu dengan melihat perubahan warna pada popok bila terkena urin.

Pada bayi baru lahir dengan tali pusat yang belum lepas, pastikan bahwa popok tidak mengenai bagian tersebut untuk menghindari pajanan urin dan feses. Bagian ini perlu dijaga agar terpapar udara sesering mungkin.

 

Menghindari Ruam Popok

Ruam popok merupakan suatu keadaan iritasi pada kulit yang tertutup popok. Faktor penyebabnya sangat beragam, mulai dari faktor mekanik, kimia, dan infeksi jamur. Pemakaian popok yang ketat dan bahan yang tidak tepat dapat meningkatkan gesekan terhadap kulit dan mencetuskan ruam. Selain itu, pajanan urin dan feses dapat menyebabkan kulit basah dan mempermudah masuknya bahan iritan yang terkandung di dalamnya. pH urin yang bersifat basa turut memperburuk iritasi yang timbul. Hal ini juga mempermudah infeksi jamur Candida albicans berkembang dan menimbulkan ruam yang lebih berat.

Cara untuk menghindari kondisi ini sebenarnya cukup mudah. Selain memperhatikan pemilihan dan pemakaian popok seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, Anda juga perlu menjaga agar kulit daerah popok selalu bersih dan kering. Bersihkan juga daerah kelamin dengan air hangat dan sabun bayi saat mandi. Setelah itu, jangan lupa mengaplikasikan krim khusus untuk melindungi dari terjadinya kerusakan kulit akibat gesekan dan kelembaban yang berlebihan.

Kesimpulannya, apapun jenis popok yang Anda pilih, utamakan kebersihan dan kenyamanan si kecil!

 

Referensi:

  1. Agrawal R 2013. Diaper Dermatitis. Diunduh pada 18 Juli 2014 darihttp://emedicine.medscape.com/article/911985-overview
  2. American Academy of Pediatrics 2013. Changing Diaper. Diunduh pada 18 Juli 2014 dari http://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Changing-Diapers.aspx
  3. American Academy of Pediatrics 2013. Diaper Rash Solution. Diunduh pada 18 Juli 2014 dari http://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Diaper-Rash-Solution.aspx
  4. American Academy of Pediatrics 2013. The Art of Diapering. Diunduh pada 18 Juli 2014 dari http://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/The-Art-of-Diapering.aspx
  5. Baer EL, Davies MW, Easterbrook KJ 2006. Disposable nappies for preventing napkin dermatitis in infants (Review). Cochrane Database of Systematic Reviews Issue 3, hal 1-20. Diunduh pada 18 Juli 2014 darihttp://espace.library.uq.edu.au/eserv.php?pid=UQ:8003&dsID=mwd_cr_03_06.pdf
  6. Bikowski J 2011. Update on Prevention and Treatment of Diaper Dermatitis.Practical Dermatology for Pediatrics, Juli, hal.16-19. Diunduh pada 18 Juli 2014 darihttp://bmctoday.net/practicaldermatologypeds/pdfs/Peds0811_Ftr_DiaperDermatitis.pdf
  7. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2013. Penggunaan Popok Bayi dan Anak untuk Mencegah Infeksi Saluran Kemih. Diunduh pada 18 Juli 2014 darihttp://idai.or.id/professional-resources/rekomendasi/penggunaan-popok-bayi-dan-anak-untuk-mencegah-infeksi-saluran-kemih-2.html

 

Penulis : Jennie Dianita Sutantio

Editor : Sudung O. Pardede (UKK Nefrologi IDAI)