Angry Birds

Angry-Birds

Game yang sangat populer ini berkisah seputar sekawanan burung yang ingin membalas dendam terhadap babi-babi pencuri telur mereka. Para burung memerangi musuhnya dengan cara berjibaku melempar dirinya dengan bantuan ketapel ke arah para babi yang berlindung di balik tumpukan batu, kaca, dan kayu. Tugas pemain adalah mengarahkan ketapel sehingga burung mendarat di tempat yang tepat untuk membinasakan babi dan menghancurkan struktur-struktur yang melindunginya. Ada bermacam jenis burung yang masing-masing memiliki kemampuan khusus jika layar diketuk, misalnya membelah menjadi tiga, meledakkan diri, mempercepat terbangnya, dan menjatuhkan telur.

Di balik game ini tersimpan prinsip-prinsip matematika dan fisika, antara lain lintasan parabola, perkiraan kecepatan dan percepatan berdasarkan ukuran dan berat benda, dan sebagainya. Namun demikian, game ini juga cukup dapat dimainkan tanpa banyak berpikir. Penyajian dengan gambar kartun burung-burung yang bulat dan menggemaskan (walau berwajah galak) membuat game ini sangat disukai anak.

Walaupun game ini menarik dan adiktif, orangtua perlu menyadari bahwa Angry Birds didasarkan atas penghancuran dan balas dendam. Jadi, di balik gambar kartun yang lucu tersebut tersimpan sedikit muatan kekerasan. Dengan demikian, tetap diperlukan bimbingan dan pendampingan orangtua. Sebaiknya game ini dimainkan oleh anak yang sudah memahami perbedaan baik dan buruk.

 

Rating kami
Nilai edukatif ++
Mudah dimainkan ++++
Muatan kekerasan +
Muatan seks/narkoba
Bahasa kasar
Nilai keseluruhan ★★★
Usia 8 tahun ke atas

 

Perhatian: Batasi waktu anak menonton televisi dan bermain game maksimal 1-2 jam sehari dengan tayangan/game yang berkualitas.

Wewanti: Ikatan Dokter Anak Indonesia tidak memiliki kerja sama dalam bentuk apapun dengan pihak pengembang game.

Image courtesy of Fan Pop

Penulis : Amanda Soebadi (Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM)

Miliaria, Mengenal dan Mencegahnya

Miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Hal ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang berisi air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan. Pada bayi sering disertai gejala rewel bahkan mengganggu tidurnya, anak yang lebih besar akan sering menggaruk bagian-bagian yang terkena miliaria, hal ini disebabkan karena rasa gatal.

Kulit bayi masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan. Misalnya saja, proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan semestinya. Akibatnya, sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan. Normalnya, butiran keringat bisa keluar melalui pori-pori kulit. Karena penyebab yang belum diketahui, kulit ari bayi yang mestinya selalu berganti, menjadi tidak berganti. Kulit ari yang tidak berganti itu menyumbat pengeluaran keringat. Kumpulan keringat ini kemudian mendesak kulit sehingga terbentuk lepuh-lepuh halus sebesar pangkal jarum pentul. Namun ada kalanya, di antara lepuh-lepuh halus itu timbul bintil-bintil merah berukuran kecil yang terasa gatal. Daerah yang rawan terhadap serangan biang keringat ini adalah dahi, leher, bahu, dada, punggung, dan lipatan-lipatan kulit.

Miliaria bisa kambuh berulang-ulang, terutama ketika suhu udara sedang panas. Bila biang keringat ini mengalami iritasi dan kontak dengan kuman di kulit, biang keringat ini akan terinfeksi. Bila tidak ditangani dengan baik, biang keringat yang terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang berisi nanah. Bisul ini harus diobati.

Miliaria

 

Cara Menanganinya

Bila si kecil sudah mengalami biang keringat, lakukan langkah-langkah ini:

  1. Setiap kali anak berkeringat, segera ganti bajunya. Sebelumnya, siapkanlah alat-alat yang dibutuhkan, seperti waslap, baskom berisi air hangat, baju yang bersih, dan perlak.
  2. Keringkan kulit yang ada biang keringatnya dengan waslap bersih yang telah dibasahi air hangat. Bisa juga dengan mandikan Si kecil menggunakan air hangat (usahakan agar jangan terlalu panas karena akan merangsang timbulnya keringat).
  3. Biarkan tubuh Si kecil tanpa baju untuk beberapa saat sampai kulit dan lipatan-lipatan kulitnya menjadi kering dengan sendirinya. Tujuannya, mencegah agar kulit yang terkena biang keringat tidak bertambah parah karena bergesekan dengan handuk pada waktu dikeringkan.
  4. Boleh diusapkan sedikit bedak, terutama di bagian punggung dan dada anak.
  5. Kenakan baju yang kering dan bersih. Baju tersebut sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, seperti bahan katun dan bahan kaos sehingga nyaman dan tidak membuat anak mudah merasa kepanasan.
  6. Bila peradangan yang terjadi cukup banyak, Anda bisa mengoleskan salep atau bedak khusus sesuai anjuran dokter.
Cara Mencegahnya

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, Anda sebenarnya juga dapat mengurangi timbulnya biang keringat pada si kecil antara lain dengan menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil, memakaikan baju yang terbuat dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat, lembut, dan tidak ketat pada si kecil.

Beberapa kondisi menyebabkan bayi atau anak dibawa ke dokter, seperti kondisi biang keringat yang tidak membaik setelah penanganan selama lebih dari 3 hari, timbul demam atau rasa sakit/gatal yang berat, dan timbul tanda-tanda infeksi seperti terlihat nanah atau sering berulang beberapa kali dalam waktu yang pendek sehingga mengganggu aktivitas anak sehari-hari.

 

Penulis: Rini Sekartini (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Image courtesy of: A.D.A.M (http://www.nlm.nih.gov)

 

Dimuat di media Kompas Klasika, 11 November 2012

16th Kongres Nasional Ilmu Kesehatan anak

Tanggal: 24 – 28 August 2014

Topik: Towards global equalities in sustainable MDG’s achievements through comprehensive health care, for all indonesian children.

Tempat: Palembang, Aryaduta Hotel –The Arista Hotel
Informasi Pendaftaran:
Sekretariat Departement IKA FK UNSRI/RSMH Palembang
Jendral Sudirman Km 3.5
Telp: 0711-3004616 Fax: 0711-321070
Email : [email protected]
Website: http://konika16palembang.com/

Program acara:
-Plenary Session diadakan di kedua hotel secara bersamaan (Pembicara berada di Hotel Aryaduta yang dihubungkan secara video conference dan komunikasi 2 arah dengan peserta di Hotel The Arista)
-Setelah acara Plenary Session dilanjutkan acara 6 Parallel Symposium di 2 hotel tersebut